Wednesday, December 7, 2011

Refleksi Damai Di Area Gong Perdamaian Dunia




Hujan tercurah dari langit Ambon sampai membuat aktivis gerakan Badati agak ciut. Para muda Islam dan Kristen itu bakal menggelar kegiatan refleksi damai di area Gong Perdamaian Dunia, di samping Benteng Nieuw Victoria Ambon.

Lantai semen di area Gong Perdamaian Dunia sempat digenangi air. Padahal, para peserta dari berbagai lokasi di Ambon akan lesehan di situ. Untunglah, pada waktunya, gerimis menghilang dan acara mengalir dalam bayangan hujan.

Sekitar 100 orang muda dan beberapa orang tua berkumpul di pelataran barat. Mereka datang dari Ahuru, Air Mata Cina, Diponegoro, Mangga Dua, Petak Sepuluh, Kate-Kate. Sejumlah petugas polisi nampak berjaga-jaga di seputaran areal kegiatan.

Acara dipandu MC Micky Joseph, diawali laporan panitia. Sekretaris panitia Rais Rumalutur menyatakan, kegiatan refleksi damai ini semata-mata untuk memperkuat perdamaian di Ambon.

Seorang korban dari Halong Mardika bernama Aprino Berhitu membacakan narasi yang ditulisnya dari pengalaman peristiwa 11 September. Aprino menulis narasi tersebut di blog pribadi dan facebook. Selain dimuat di majalah Kanjoli yang diterbitkan Lembaga Antar Iman Maluku, narasi ini pernah dibacakan Aprino di mimbar gereja Maranatha, yakni gereja pusat Gereja Protestan Maluku di Ambon.

Narasi itu mengharukan, sebab Aprino berkisah tentang rumahnya yang hancur, perkenalannya dengan Almascatie Be, seorang pemuda Muslim Ambon. Walau baru kenal dekat beberapa hari, ternyata Almascatie bisa menggugah batin Aprino yang hancur luluh melihat rumahnya dilalap api. SMS Almascatie pada saat-saat kritis itu, menurut Aprino sungguh bernilai bagi perdamaian. Seorang pemuda Islam memperkuat batin seorang pemuda Kristen. Para peserta menyambut penuh haru kisah bertajuk “Nilai SMS Almascatie”.

Ighy Palembang, tiba-tiba muncul dengan suara melengking. Nona Waihaong ini menyanyikan bait pertama “Suci dalam Debu” yang dipopulerkan kelompok musisi Malaysia, Iklim. Ternyata ini adalah awal dari pentas puisi teatrikal bersama George Marcel. George dan Ighy secara bergantian membaca puisi naratif dan dialog tentang proses saling memaafkan di antara warga.
Pada bagian akhir, George bersujud di depan kaki Ighy. Ighy bersandar di punggung George yang sedang sujud. Penggalan lagu “Maafkan Daku” ciptaan Bing Leiwakabessy, menjadi penutup adegan.

Usai pentas, dalam remang lampu, mata Ighy dan George sama-sama berkaca. George bahkan memeluk Elsye Syauta, koordinator gerakan Badati. Sambil menutup mata dengan kaos, dia terbenam di bahu Elsye.

“Beta membayangkan banyak yang mati. Beta rasa ancor liat Ambon ancor. Beta bayangkan kebakaran di Ambon,” ujar George kepada Maluku Online.

George tak cuma baca puisi dan menumpahkan air mata. Dia punya visi damai yang tak kalah unik. Menurut dia, perdamaian sejati bisa terwujud ketika rumah orang Islam dan Kristen sudah saling bersebelahan sebagai tetangga yang rukun.

“Kalau ada orang Kristen mati, toa masjid menginformasikan. Sebaliknya, kalau orang Islam mati, informasi kepada jemaat bisa melalui pengeras suara di gereja,” katanya.

Weslly Johannes, pendamping anak-anak Gunung Mimpi di Amahusu, menjadi moderator dalam sesi dialog. Para peserta diminta meresponi arti perdamaian. Muhammad Latupono tampil. Dia menekan supaya hal-hal pahit di masa lalu tidak terulang lagi. Harapan damai juga disampaikan pemuda bernama Andi. Dia memaknai agama sebagai kehidupan yang tidak kacau.

Pembicara lain Heri Latupono menyatakan, di Ambon jangan ada perbedaan antara pendatang dan orang Maluku. Hal ini diperkuat Stanley Ferdinandus, yang menyerukan semua orang yang sudah tinggal di Ambon supaya memiliki tanggung jawab membangun kotanya,

Ali Topan, pemuda dari Kate-Kate tidak kalah menggugah. Dia mengingatkan prinsip Bung Karno semasa mendirikan negara ini. “Yang penting, kita merdeka dulu. Pembangunan itu, nanti setelah merdeka,” kutipnya.

Dari pernyataan Bung Karno, Ali Topan menekankan, banyak yang bisa dilakukan di Ambon. Namun, syarat paling utama adalah perdamaian. Ali juga menggambarkan, sebelum tahun 1999, tidak ada pemukiman di Kate-Kate. Justru karena konflik, lahirlah pemukiman Kate-Kate yang semuanya pengungsi. Walau demikian, pada 11 September lalu, ketika terjadi konflik di beberapa titik di dalam kota, Kate-Kate justru berjuang untuk perdamaian.
“Nah, dialog damai tidak hanya sampai di sini, namun yang paling penting dalam hidup kita setiap hari di luar sana,” pesan Weslly saat menutup sesi diskusi.

Moses Muskitta, Novel Muskitta dan Rhyo Diaz yang tergabung dalam kelompok musik rap Cidade de Amboino lantas tampil dengan lagu “Sampe Jua”. Lagu ini cukup menggugah sebab dikerjakan ketiganya dalam waktu dua jam, ketika beberapa titik di Ambon sedang dilanda asap kebakaran dan aksi baku lempar batu.

“Sioh basudara e, sampe jua e,” begitu teriakan para muda ini dalam lagunya yang juga disebar di You Tube dan 4Shared.

Empat perempuan dan enam laki-laki dari Bengkel Seni Embun pun menyajikan aksi teatrikal berjudul White for Peace. Diiringi suara musik bambu toleng-toleng, mereka memperagakan situasi perang dan damai. Penggalan puisi Chairil Anwar berjudul Cerita Buat Dien Tamaela, menjadi daya pikat performa ini.

Refleksi damai dengan Bahasa Tana dibawakan oleh penyair Rudi Fofid dan diterjemahkan oleh Elsye Syauta. Syairnya dikerjakan oleh Pierre Ajawaila, dengan mengadopsi model pasawari di Maluku Tengah. Rudi juga menuntun peserta memasuki situasi hening untuk mengenang dan mendoakan seluruh korban dalam konflik Maluku.

“Bulu kuduk saya berdiri,” ujar Pdt Jacky Manuputty dalam catatan refleksi di akun facebooknya. Perasaan yang sama dicetuskan Muhammad Irfan Ramly dalam blog pribadinya.

Fileks Talakua dan Rahayu Rabrusun membacakan petisi damai, yang dirumuskan dari sesi dialog. Lagu “Pancasila Rumah Kita” ciptaan Frangky Sahilatua menjadi penutup kegiatan, ketika pada peserta membubuhkan tanda tangan pada kain putih sebagai tekad untuk terus berjuang bagi perdamaian di Maluku.

0 comments:

Post a Comment

Cara Berkomentar untuk yang tidak memiliki blog:
1. Klik selec profile --> pilih Name/URL
2. Isi nama kamu dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat fb kamu
3. Klik Lanjutkan
4. Ketik komentar kamu dan publish
Form komentar ini tanpa moderasi dan verifikasi, jangan kirim SPAM ya..

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management