Tuesday, December 13, 2011

PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

Pertemuan 3
PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

I. Populasi dan Sampel

1. Pengertian Dasar
1 Populasi adalah seluruh obyek yang ingin kita ketahui besaran karakteristiknya.
2 Sampel adalah sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan kemudian diteliti.
3 Hasil penelitian atas sampel kemudian digeneralisasi bagi keseluruhan populasi. Maka sampel harus representatif (bersifat mewakili populasi).

Contoh:
1 Seseorang yang mengadakan suatu kunjungan ke suatu daerah dapat bercerita banyak tentang keadaan daerah itu, berdasarkan apa yang diamatinya selama satu minggu.
2 Seseorang yang akan membeli buah, biasanya mencoba dulu beberapa biji untuk mengetahui manis tidaknya buah itu.
3 Dokter memeriksa pasien dengan menggunakan sampel daerah pasien itu.s
















2. Sifat populasi
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi yang homogen dan heterogen.
a. Populasi homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau elemennya memiliki sifat yang mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu penetapan batas-batasnya secara kuantitatif.

3. Alasan mengapa digunakan sampel
a. Penggunaan metode sampel dapat menghemat biaya, waktu, dan tenga untuk penelitian.
b. Dalam kasus tertentu, kita mungkin menghadapi objek yang mudah rusak atau berbahaya, misalnya bola lampu, kendaraan, komputer, atau ujicoba senapan dan peluruh. Hal ini tidak memungkinkan meneliti seluruh populasi.
c. Untuk populasi yang homogen, seperti kadar garam pada air laut, darah dalam tubuh seseorang, maka kita tidak perlu mengadakan penelitian terhadap seluruh elemen populasi.

II. PROSES SAMPLING

II.A Tahapan Sampling

1 Penentuan populasi yang meliputi elemen, unit sampling, dan dimensi waktu, dan sifat populasi.
2 Identifikasi sifat populasi dan kerangka sampling
3 Tentukan teknik sampling.
4 Tentukan ukuran sampel.

II.B Prosedur Sampling

Prosedur sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Sampling Probabilitas dan Sampling Non-Probabilitas.

II.B.1 Prosedur Sampling Probabilitas

Dalam teknik ini, masing-masing elemen populasi memiliki kesempatan untuk menjadi elemen sampel. Prosedur ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok teknik sampling, yaitu:

1. Teknik Simple Random Sampling
5 Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata (jenjang)
6 Elemen populasi berpeluang sama untuk menjadi elemen sampel
7 Cocok untuk populasi yang homogen

2. Teknik Stratified Random Sampling
8 Populasi dibagi ke dalam strata atau jenjang (misal: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dsb.)
9 Untuk tiap strata, dilakukan pemilihan sampel dengan simple random sampling.
10 Cocok untuk populasi yang berstrata atau berjenjang.

3. Teknik Clustered (Area) Random Sampling
11 Populasi dibagi ke dalam kelompok, area atau cluster (wilayah propinsi, pegawai negeri, swasta, karyawan swasta, TNI/POLRI, petani, dsb.)
12 Untuk tiap cluster, dilakukan pemilihan sampel dengan simple random sampling.
13 Cocok untuk populasi yang memiliki cluster/kelompok/area.

4. Teknik Systematic Sampling
Pada teknik systematic sampling, pengambilan sampel didasarkan pada urutan populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu atau ruang tertentu dengan urutan yang seragam.
Sebagai contoh:
• Sampel diambil dari daftar populasi yang bernomor genap atau ganjil saja.
• Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0 m, 5 m, 10 m, 15 m, dst (pada interval 5 meter).

II.B.2 Prosedur Sampling Non-Probabilitas

Pengambilan sampel didasarkan pada kebijaksanaan peneliti sendiri.

1. Teknik Convenience Sampling
14 Sampel diambil berdasarkan kesukaan peneliti
15 Misalnya dengan menghadang pengunjung yang baru keluar belanja.

2. Teknik Accidental Sampling
16 Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel jika dipandang cocok.
17 Teknik ini cocok untuk survei pemasaran, kepuasan pelanggan dan sejenisnya, di mana kita tidak mengetahui dengan jelas jumlah populasinya.

3. Teknik Judgment/Purposive Sampling
18 Didasarkan pada pendapat/pertimbangan pakar.
19 Didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diberikan oleh pakar atau ahli untuk pengambilan sampelnya.
20 Cocok untuk studi kasus, misalnya:
21 Peneliti ingin mengetahui model kurikulum SMA yang cocok. Maka sampel yang dipilih adalah para guru dan ahli-ahli pendidikan dan manajemen pendidikan, warga masyarakat yang berpengalaman.
22 Kasus bumbu masak yang dinyatakan haram. Peneliti ingin mengetahui penyebabnya dengan cara mencari sampel (responden) yang ahli di bidang pembuatan bumbu masak, responden dari kalangan ulama yang dapat memberikan fatwa.

4. Teknik Quota Sampling
21 Penentuan sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan, yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Contohnya:
22 Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang tinggal di Perum Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu dan pendapatan tertentu. Pemilihan sampel akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti sendiri.

5. Teknik Snowball Sampling
Teknik sampling berangkat dari sejumlah sampel (responden) yang kemudian mereka mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar seperti bola salju yang menggelinding. Contohnya:
2 Akan diteliti siapa dalang pengedar Narkoba di SMP Mekarsari, siapa yang menjadi otak pembunuhan murid di SD Kuasa Mandiri, siapa yang membocorkan rahasia soal ujian negara, dsb.

II.C Penentuan Jumlah Sampel

II.C.1 Untuk jumlah populasi yang diketahui

Untuk jumlah populasi yang telah diketahui dapat digunakan rumus Taro Yamane (Riduwan dan Akdon, 2006) untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan:



Dalam rumus di atas:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang non-eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta).

Metode lainnya untuk penentuan jumlah sampel adalah dengan menggunakan Tabel Krejcie:

N S N S N S
50 44 600 234 5000 357
100 80 700 248 8000 367
200 132 800 260 10000 370
300 169 900 269 50000 381
400 196 1000 278 75000 382
500 217 3000 341 100000 384

II.C.2 Untuk jumlah populasi yang tak diketahui
1 Dianjurkan di atas 30 sampel.
2 Untuk survei bisnis, sampel sekitar 100 dianggap memadai.
3 Atau berkisar 15 sampai 20 kali dari variabel bebas (Joseph F. Hair, 1998).

III. KLASIFIKASI DAN TABULASI DATA

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data perlu diklasifikasi dan ditabulasi agar mudah melihat sifat data yang menonjol. Presentasi data dalam bentuk tabel merupakan suatu kegiatan statistik yang menunjukkan informasi penting dari data tersebut.

A. Pengertian Klasifikasi Data
Langkah awal analisis data adalah klasifikasi data. Klasifikasi data berarti memisah-misahkan sifat-sifat dari data heterogen ke dalam kelompok yang homogen.

PENDUDUK
PRIA WANITA
KAWIN BELUM KAWIN KAWIN BELUM KAWIN
Umur Pendidikan Umur Pendidikan Umur Pendidikan Umur Pendidikan

B. Tujuan Klasifikasi Data
1. Mengelompokkan sifat-sifat yang sama ke dalam kelompok atau kelas yang sama.
2. Memudahkan perbandingan.
3. Mengelompokkan informasi penting dan menghilangkan hal-hal yang tak perlu.
4. Menunjukkan sifat yang menonjol sehingga mudah dilihat sekilas.
5. Memudahkan perlakuan statistik selanjutnya atas data yang telah dikumpulkan, misalnya untuk analisis, interpretasi, atau penyusunan laporan.

C. Dasar-dasar Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan sifat (atribut)  warna kulit, hobi (kualitatif)
2. Klasifikasi berdasarkan angka  harga barang, upah karyawan (kuantitatif)

D. Penyusunan Data Secara Berurut (Seriation)
1. Berdasarkan urutan waktu (disebut time series)
Contoh: Pendapatan Nasional (dalam Miliar Rupiah)

Tahun Pendapatan Nas. Tahun Pendapatan Nas.
1960 390,2 1963 410,4
1962 412,3 1964 425,8

2. Pengurutan berdasarkan wilayah

Negara Pertumbuhan Rata-rata
1. Colombia 3.1
2. Costa Rica 2.8
3. Dominica 3.2
4. Egypt 3.6
5. Indonesia 4.2

3. Berdasarkan frekuensi  distribusi frekuensi

D. Distribusi Frekuensi
Suatu tabel yang mengelompokkan banyaknya kejadian/frekuensi (cases) ke dalam kelompok-kelompok.

1. Tabel frekuensi menurut angka  tabel frekuensi yang kelasnya dinyatakan dalam bentuk angka.


Contoh: Distribusi Frekuensi Usia Karyawan UD. Sejahtera
Usia Frekuensi
20-24 3
25-29 8
30-34 17
35-39 13
40-44 7
45-49 2

2. Tabel frekuensi menurut kategori  tabel frekuensi yang kelasnya dinyatakan dalam bentuk kategori.

Contoh: Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk Caturtunggal
Pekerjaan Frekuensi
Wiraswasta 3423
Pegawai Negeri 890
Pegawai Swasta 1756
TNI/POLRI 213
Buruh 4521
Lain-lain 459

E. Cara Menyusun Distribusi Frekuensi

1. Menentukan jumlah kelas. Rumus yang umum digunakan adalah Rumus H. A. Sturges:



K = Jumlah kelas
N = Banyak Frekuensi
3,322 = Konstanta

Angka Log10 Angka Log10 Angka Log10
1 0 11 1.0413927 30 1.477121
2 0.30103 12 1.0791812 35 1.544068
3 0.47712 13 1.1139434 40 1.60206
4 0.60206 14 1.146128 45 1.653213
5 0.69897 15 1.1760913 50 1.69897
6 0.77815 16 1.20412 55 1.740363
7 0.8451 17 1.2304489 60 1.778151
8 0.90309 18 1.2552725 65 1.812913
9 0.95424 19 1.2787536 70 1.845098
10 1 20 1.30103 75 1.875061

Cari dengan Excel  rumus: =log10(Cell)

2. Menentukan interval kelas
a. Gunakan interval kelas yang sama
b. Gunakan kelas tertutup  memudahkan penentuan nilai tengah
c. Besarnya kelas interval sebaiknya 5 atau kelipatan 5, misalnya 10, 15.

Rumus Sturges untuk menentukan Interval Kelas:


IK = Interval kelas
Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil
K = Banyaknya kelas

Latihan Soal:
Buatlah Tabel Frekuensi dengan menghitung banyaknya kelas dan Interval kelas data berikut ini:
33 35 35 39
41 41 42 45 47 48
50 52 53 54 55 55 57 59
60 60 61 64 65 65 65 66 66 67 68 69
71 73 73 74 74 76 77 77 78
80 81 84 85 85 88 89
91 94 94 98

IV. PENYAJIAN DALAM BENTUK CHART DAN HISTROGRAM

A. Bar Chart
Menghasilkan representasi grafis cacah frekuensi untuk setiap nilai yang berlainan.




A. Pie Chart
Menghasilkan representasi grafis berupa lingkaran.



A. Histogram
Menghasilkan representasi grafis berdasarkan interval.

0 comments:

Post a Comment

Cara Berkomentar untuk yang tidak memiliki blog:
1. Klik selec profile --> pilih Name/URL
2. Isi nama kamu dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat fb kamu
3. Klik Lanjutkan
4. Ketik komentar kamu dan publish
Form komentar ini tanpa moderasi dan verifikasi, jangan kirim SPAM ya..

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management